•
Barangsiapa diam, ia akan selamat dan barangsiapa berbicara ia akan menyesal.
• Orang yang
bahagia adalah orang yang disenangkan oleh Allah tanpa alasan tertentu dan
orang yang sengsara adalah orang yang disengsarakan Allah tanpa sebab tertentu.
Demikianlah menurut ilmu hakikat. Sedangkan menurut ilmu syariat; orang yang
bahagia adalah orang yang oleh Allah diberi kesenangan dengan melakukan
berbagai amal saleh, dan orang yang disengsarakan oleh Allah dengan
meninggalkan amal-amal saleh dan melanggar syariat agama.
• Orang yang
sengsara adalah orang yang mengikuti hawa nafsunya Barangsiapa mengenal
dirinya, ia tidak akan melihat selain Allah swt. Barangsiapa tidak mengenal
dirinya, ia tidak akan melihat Allah swt.
• Setiap
wadah memercikan apa yang ditampungnya.
•
Barangsiapa tidak bermujahadah pada masa bidayahnya, ia tidak akan mencapai
puncak. Dan barangsiapa tidak bermujahadah, ia tidak akan bermusyahadah; {“Dan
orang-orang yang bersungguh-sungguh (bermujahadah) di jalan kami, niscaya akan
kami tunjukan kepada mereka jalan-jalan kami. : Al-Ankabut,29 : 69”}
•
Barangsiapa tidak memelihara waktunya, ia tidak akan selamat dari bencana.
•
Barangsiapa bergaul dengan orang baik, ia akan memperoleh berbagai pengetahuan
dan asrar, dan barangsiapa bergaul dengan orang-orang jahat, ia akan memperoleh
aib dan siksa neraka.
• Berbagai
hakikat tidak akan diperoleh kecuali dengan meninggalkan berbagai penghalang.
• Dalam
Qanaah terdapat ketenteraman dan keselamatan; dalam tamak terdapat kehinaan dan
penyesalan.
• Orang yang
arif melihat aib-aib dirinya; sedang orang yang lalai melihat aib-aib orang
lain.
• Dan
orangyang bahagia adalah orang yang melawan hawa nafsunya, berpaling dari alam
untuk menghadap kepada penciptanya, dan melewatkan waktu pagi dan sore dengan
meneladani sunah nabinya.
• Hendaklah
kamu bertawadhu dan tidak menonjolkan diri. Jauhilah sikap takabur dan cinta
kedudukan.
•
Kesuksesanmu adalah ketika kamu membenci nafsumu dan kehancuranmu adalah saat
kamu meridhainya. Karena itu, bencilah nafsumu dan jangan meridhainya, niscaya
kamu akan berhasil meraih segala cita-citamu, Insya Allah.
• Orang yang
arif adalah yang mengenal dirinya, sedangkan orang jahil adalah yang tidak
mengenal dirinya.
• Alangkah
mudah bagi seorang Arifbillah untuk membimbing orang jahil, kadangkala
kebahagiaan abadi dapat diraih hanya lewat sekilas pandangannya.
• Ridhalah
atas maqam apapun yang Allah berikan kepadamu. Seorang Sufi berkata, “selama
lebih 40 tahun aku tidak pernah merasa benci pada maqam yang Allah berikan
kepadaku.”
•
Berprasangka baiklah kepada sesama hamba Allah, sebab buruk sangka timbul
karena tiadanya taufiq. Ridhalah selalu pada qodho, bersikap sabarlah, walaupun
musibah yang kamu alami teramat besar. Firman Allah : Sesungguhnya hanya
orang-orang yang bersabarlah yang akan dibalas dengan pahala tanpa batas. ( Az
Zumar, 39 :10 )
• Dan
tinggalkanlah hal-hal yang tidak ada manfaatnya bagimu, dan benahilah dirimu
lebih dahulu.
• Dunia
adalah anak perempuan Akhirat, barangsiapa telah menikahi seorang perempuan,
haram memperistri ibunya.
• Berbagai
hakikat terhijab dari hati, karena perhatian kepada selain Allah.
• Waktumu
yang paling bermanfaat adalah disaat kamu fana’ dan waktumu yang paling sia-sia
adalah disaat kamu menyadari dirimu.
• Ketahuilah
oleh kalian sesungguhnya Allah swt bertajalli ( mengagungkan dirinya ) di hati
para kekasihnya; para kaum Arifin, karena mereka menghapus selainnya di hati
mereka dan mereka menghilangkan selain Allah swt dalam pandangan mereka
terhadap semesta dan pada setiap kejadiannya bahwa semuanya adalah semata-mata
ciptaan Allah swt, dan mereka melalui siang, pagi serta sore hari selalu dalam
keadaan taat kepadanya; mereka selalu beribadat serta berharap dan takut
kepadanya; serta selalu ruku’ dan bersujud kepadanya, mereka selalu dalam
keadaan bahagia dan gembira serta ridho dengan segala ketentuan Qadha dan Qadar
yang telah ditentukan Allah swt atas mereka; berkata Nabi Ayyub as :”Bila mana
aku hendak memilih di antara dua perkara, maka aku akan memilih perkara yang
ada Ridho Allah swt didalamnya karena hanya hal itulah yang mendatangkan
kemaslahatan bagiku” Berkata kaum ‘Arifin : “Kalau sekiranya kedua mataku
melihat selain Allah, maka akan ku butakan, kalau sekiranya ke dua telingaku
mendengar selain Allah, maka akan ku tulikan, dan bilamana lidahku berkata yang
tidak diperintahkan Allah, maka akan ku potong”
• Sedikit
amal dari hati menyamai amal seluruh manusia dan jin.
•
Sesungguhnya Bala’ yang menimpamu pada saat lupamu, bila engkau menyadarinya
adalah merupakan jalanmu untuk kembali mengenal Allah swt dan kembali
mendekatkan dirimu kepadanya pada saat engkau meminta bala tersebut
dihilangkannya, dan bala’ sesungguhnya adalah bilamana engkau melupakan Allah
swt dan engkau lupa bahwa dirimu selalu faqir kepadanya.
•
Beristiqamahlah kalian dalam setiap amal, karena para Ahli kasyaf sekalipun
semua bermohon kepada Allah swt agar mereka diberikan kekuatan dalam
beristiqamah agar mereka tidak jatuh dalam keadaan terhijab darinya.
• Ketahuilah
oleh kalian; Ma’rifat kepada Allah swt adalah dengan kejelasan dan bukan dengan
tersamar, dan bilamana seorang hamba diberinya ma’rifat kepadanya, maka ia
pasti akan melihat semua amal yang dicintai oleh Rasulullah saw.
•
Sesungguhnya derajat yang tertinggi dalam maqom sabar adalah menahan diri dari
pada mengadu kepada selain Allah swt.
• Derajat
paling tinggi disisi para Auliya Allah swt yang utama, adalah Tawadhu dan
Khumul ( menutupi keistimewaan diri ).
Pertama:
Paling
bernilainya saat-saat dalam hidup adalah ketika kamu tidak lagi menemukan dirimu.
Sebaliknya adalah ketika kamu masih menemukan dirimu. Ketahuilah wahai hamba
Allah, bahwa engkau takkan mencapai Allah sampai kau fanakan dirimu dan kau
hapuskan inderamu. Barang siapa yang mengenal dirinya (dalam keadaan tak
memiliki apa pun juga), tidak akan melihat kecuali Allah; dan barang siapa
tidak mengenal dirinya (sebagai tidak memiliki suatu apapun) maka tidak akan
melihat Allah. Karena segala tempat hanya untuk mengalirkan apa yang di
dalamnya.
Kedua:
Ungkapan
beliau untuk menyuruh orang bergiat dan tidak menyia-nyiakan waktu: “Siapa yang
tidak gigih di awal (bidayat) tidak akan sampai garis akhir (nihayat). Dan
orang yang tidak bersungguh-sungguh (mujahadat), takkan mencapai kebenaran
(musyahadat). Allah SWT berfirman: “Barangsiapa yang berjuang di jalan Kami,
maka akan Kami tunjukkan kepadanya jalan-jalan Kami”. Siapa pun yang tidak
menghemat dan menjaga awqat (waktu-waktu) tidak akan selamat dari berbagia afat
(malapetaka). Orang-orang yang telah melakukan kesalahan, maka layak mendapat siksaan.
Ketiga:
Tentang
persahabatan: “Siapa yang bergaul bersama orang baik-baik, dia layak
mendapatkan makrifat dan rahasia (sirr). Dan mereka yang bergaul dengan para
pendosa dan orang bejat, akan berhak mendapat hina dan api neraka”.
Keempat:
Penafsirannya
atas sabda Rasul s.a.w: “Aku tidaklah seperti kalian. Aku selalu dalam naungan
Tuhanku yang memberiku makan dan minum”. Makanan dan minuman itu, menurutnya,
bersifat spiritual yang datang datang dari haribaan Yang Maha Suci”.
Kelima:
Engkau tidak
akan mendapatkan berbagai hakikat, jika kamu belum meninggalkan benda-benda
yang kau cintai (’Ala’iq). Orang yang rela dengan pemberian Allah (qana’ah),
akan mendapt ketenteraman dan keselamatan. Sebaliknya, orang yang tamak, akan
menjadi hina dan menyesal. Orang arif adalah orang yang memandang aib-aib
dirinya. Sedangkan orang lalai adalah orang yang menyoroti aib-aib orang lain.
Banyaklah diam maka kamu akan selamat. Orang yang banyak bicara akan banyak
menyesal.
Keenam:
Benamkanlah
wujudmu dalam Wujud-Nya. Hapuskanlah penglihatanmu, (dan gunakanlah)
Penglihatan-Nya. Setelah semua itu, bersiaplah mendapat janji-Nya. Ambillah
dari ilmu apa yang berguna, manakala engkau mendengarkanku. Resapilah, maka
kamu akan meliht ucapan-ucapanku dlam keadaan terang-benderang. Insya-Allah….!
Mengertilah bahawa Tuhan itu tertampakkan dalam kalbu para wali-Nya yang arif.
Itu karena mereka lenyap dari selain-Nya, raib dari pandangan alam-raya
melaluiKebenderangan-Nya. Di pagi dan sore hari, mereka menjadi orang-orang
yang taat dalam suluk, takut dan berharap, ruku’ dan sujud, riang dan
digembirakan (dengan berita gembira), dan rela akan qadha’ dan qadar-Nya.
Mereka tidak berikhtiar untuk mendapat sesuatu kecuali apa-apa yang telah
ditetapkan Tuhan untuk mereka”.
Ketujuh:
Orang yang
bahagia adalah orang yang dibahagiakan Allah tanpa sebab (sebab efesien yang
terdekat, melainkan murni anugerah fadhl dari Allah). Ini dalam bahasa Hakikat.
Adapun dalam bahasa Syari’at, orang bahagia adalah orang yang Allah bahagiakan
mereka dengan amal-amal saleh. Sedang orang yang celaka, adalah orang yang
Allah celakakan mereka dengan meninggalkan amal-amal saleh serta merusak
Syariat - kami berharap ampunan dan pengampunan dari Allah.
Kelapan:
Orang celaka
adalah yang mengikuti diri dan hawa nafsunya. Dan orang yang bahagia adalah
orang yang menentang diri dan hawa nafsunya, minggat dri bumi menuju Tuhannya,
dan selalu menjalankan sunnah-sunnah Nabi s.a.w.
Kesembilan:
Rendah-hatilah
dan jangan bersikap congkak dan angkuh.
Kesepuluh:
Kemenanganmu
teletak pada pengekangan diri dan sebaliknya kehancuranmu teletak pada
pengumbaran diri. Kekanglah dia dan jangan kau umbar, maka engkau pasti akn
menang (dalam melawan diri) dan selamat, Insya-Allah. Orang bijak adalah orang
yang mengenal dirinya sedangkan orang jahil adalah orang yang tidak mengenal
dirinya. Betapa mudah bagi para ‘arif billah untuk membimbing orang jahil.
Karena, kebahagiaan abadi dapt diperoleh dengan selayang pandang. Demikian pula
tirai-tirai hakikat menyelubungi hati dengan hanya sekali memandang selain-Nya.
Padahal Hakikat itu juga jelas tidak erhalang sehelai hijab pun. Relakan dirimu
dengan apa yang telah Allah tetapkan padamu. Sebagian orang berkata: “40 tahun
lamanya Allah menetapkan sesuatu pada diriku yang kemudian aku membencinya”.
Kesebelas:
Semoga Allah
memberimu taufik atas apa yang Dia ingini dan redhai. Tetapkanlah berserah diri
kepada Allah. Teguhlah dalam menjalankan tatacara mengikut apa yang dilarang
dan diperintahkan Rasul s.a.w. Berbaik prasangkalah kepada hamba-hamba Allah.
Karena prasangka buruk itu bererti tiada taufik. Teruslah rela dengan qadha’
walaupun musibah besar menimpamu. Tanamkanlah kesabaran yang indah (Ash-Shabr
Al-Jamil) dalam dirimu. Allah berfirman: “Sesungguhnya Allah mengganjar
orang-orang yang sabar itu tanpa perhitungan. Tinggalkanlah apa yang tidak
menyangkut dirimu dan perketatlah penjagaan terhadap dirimu”.
Keduabelas:
Dunia ini
putra akhirat. Oleh karena itu, siapa yang telah menikahi (dunia), haramlah
atasnya si ibu (akhirat).